[CICIP] Hilangkan Galau di Tuk Tuk Restaurant Berlin
Lebih kurang sebulan setelah tinggal di Berlin yang mulai mendingin (saat itu suhu sudah mulai masuk 8-5 derajat Celcius), rasa kangen masakan Indonesia mulai terasa, walaupun hampir 4x sudah, saya sempatkan mampir ke salah satu Restoran Persia yang sangat favorit di kalangan masyarakat Indonesia disana, karena "look"nya dan kedekatan rasa dengan kuliner tanah air.
Bagaimana tidak, dengan uang 3,5 EUR, bisa menikmati 1 daging panggang besar, sepiring nasi basamati besar, free refill teh (manis), plus salad dan mentega leleh yang sangat nikmat, plus sambal PEDAS !! padahal, jika kita membeli makanan/ roti dengan uang seharga tadi, porsinya tidak sampai setengahnya...betul-betul harga bersahabat buat pendatang dari negara dengan kurs 1 EUR = 10rb IDR saat itu.
Seringkali terbayang-bayang, nasi uduk, sate ayam/ kambing, gado-gado, atau soto ayam panas ditengah angin dingin kiriman dari pegunungan Alpen.
Ah...pikiran terus melayang, sementara memang saat itu saya "pengangguran" di ibukota Jerman yang terbilang besar, setelah ditipu habis-habisan oleh Penyedia Jasa Pendidikan ke Jerman bernama EDUKA.
Bagaimana tidak, saya yang sedang aktif bekerja di salah satu TV Nasional, tiba-tiba diminta 2 minggu lagi untuk berangkat ke Jerman, karena Aplikasi sekolah Master (S2) saya sudah diterima dan 3 minggu lagi perkuliahan dimulai.
Namun, sayangnya Rasa Bahagia mematikan Nalar saat itu, dimana setiap saya tanyakan apa nama kampus tempat saya akan menuntut ilmu (saya apply ke 3 kampus) selalu mendapat jawaban "aduh, saya lagi diluar kantor nih, nanti pas di kantor saya kabari, surat kampusnya ada di meja", "aduh saya sudah di rumah, sebentar saya cek ke yang di kantor yah nama kampusnya", dan jutaan alasan lain, sampai saat orang tua saya mengadakan syukuran kecil-kecilan di rumah dengan mengundang keluarga dan teman-teman dekat di H-3 keberangkatan, merekapun tidak hadir dengan alasan sibuk, walhasil saya pun tidak bisa menjawab kampus apa nantinya saya akan memperdalam bidang keilmuan saya ketika tamu-tamu tadi menanyakan secara langsung. Hingga hari keberangkatan, dimana seharusnya saya diantar mereka ke Bandara Soekarno Hatta, sejak pagi mereka sudah mengabari via SMS akan kealpaan mereka hari itu, dan juga tidak membalas SMS balik saya terkait NAMA KAMPUS yang sudah menerima saya menjadi mahasiswanya.
Entah karena itu mungkin, saya jadi kangen tanah air, kangen masakan rumah, kangen masakan Indonesia. Karena saya tinggal masih "menumpang" di rumah perwakilan EDUKA di Berlin. Padahal menurut surat perjanjian, seharusnya saya langsung masuk STUDENTEN WOHNHEIM (asrama mahasiswa) dengan fasilitas 1 tempat tidur, meja, lemari, dan kamar mandi didalam; bukan sebuah sofa (bukan sofabed lho ya...), diruang tamu sempit, yang hanya berjarak 1,5 meter dari TV ukuran 21 inch, tanpa internet !!!. Dan sayangnya lagi, semua laporan kondisi ini, mentah di telinga orang tua saya. Mereka lebih percaya EDUKA dibanding saya, karena saya memang minta segera dikirim uang untuk pulang karena masa perkuliahan sudah dimulai 2 bulan lalu, dan saya belum terdaftar di kampus manapun di Jerman...Hal ini saya ketahui, ternyata semua Form Aplikasi yang saya berikan via EDUKA untuk mendaftarkan diri, tergeletak lengkap di kamar sang "perwakilan" yang tanpa sengaja saya temukan saat mereka keluar rumah.
====
Alhamdulillah, sambil ber WARNET ria untuk mencari informasi mengenai kampus apa yang cocok dan mendaftarkan diri untuk melanjutkan studi saya (hal ini tidak dilakukan saya saat di Indonesia, karena saya mengambil paket komplit di EDUKA, yakni pendaftaran kuliah, Tiket berangkat, Penjemputan, dan Pengurusan tempat tinggal), akhirnya saya menemukan sebuah restoran Indonesia dengan menu lumayan lengkap saat itu, walau agak ragu karena namanya "kurang Indonesia", malah justru rasanya lebih mirip alat transportasi di Thailand. Tapi, ah masabodo, saya sedang kangen-kangennya masakan Indonesia. Karena selama ini, saya makan diluar, hanya disediakan roti untuk sarapan selama di "rumah perwakilan", dan makan masakan China yang dari mie ke mie lagi, atau bebek peking sebagai variasi.
====
Sampailah saya di depan sebuah Restoran "TUK TUK - Indonesische Kueche", setelah saya putuskan mulai hari ini mencoba jalan jauh dari rumah, mencoba mengenal dan menguasai kota.
Oh ya, sebelum ke Jerman, saya memang sudah persiapkan beberapa hal terkait perpetaan dan perlokasian ini. Karena saya paham betul, disana mungkin akan seorang diri, dan saya yang diberi nama MOENANDIR ini memang suka banget MONDAR MANDIR alias gak bisa diem, suka jalan-jalan dan mencoba hal-hal baru.
Saya mempersenjatai diri dengan PDA IPAQ 5400 yang sudah terinstall METRO didalamnya, METRO ini adalah program yang memuat segala jenis transportasi di suluruh dunia yang moda transportasinya sudah terintegrasi, jadi tinggal input kita ada diman dan tujuan kita, langsung keluar kita harus jalan kemana - naik apa - turun dimana - dan berapa lama kira kira perjalanan yang akan ditempuh. Plus 1 lagi, NOKIA 6600 yang sudah terinstall world offline Nokia Maps; jadi saya juga tinggal masukkan nama jalan lokasi restoran Tuk Tuk dan GPS akan mengsinkronkan lokasi saya berdiri dengan lokasi restoran. Tidak sampai 5 menit dengan jalan kaki setelah turun dari U-Bahn, sampailah saya di depan restoran :)
====
Suasana hangat (paslitah kan pakai HEIZUNG alias penghangat ruangan), aroma rempah-rempah khas Indonesia pun meyeruak. Terbayang seperti masuk ke restoran PONYO, atau DAPUR SUNDA yang saat itu mulai dikenal luas. Bahkan interiornya-pun, dibuat seperti berada di Indonesia dengan nuansa batik, lampu petromak dan dinding anyaman bambu...betah deh.
Setelah melepas Jaket, Syal, dan menaruhnya di meja pojok ruangan agar bisa melihat seluruh sudut restoran dengan lengkap, saya dihampiri seorang pelayan mudah ramah dan cantik. Entah karena sudah lama di Jerman atau memang bukan asli Indonesia, dia memberikan saya buku menu dan meminta memanggilnya lagi jika sudah siap memesan makanan.
Senangnya melihat-lihat isi menunya, apa yang saya cari, beberapa ada dalam list menu yang disajikan. Pilhan jatuh ke soto ayam panas dan seporsi nasi kuning sate ayam (yang saya request khusus karena rasanya di menu tidak tertulis, dan disanggupi). Sekitar 10-15 menit saya menunggu dan akhirnya semua tersajikan diatas meja.
====
Harum, dengan sajian ala restoran bintang 5 kalau di Jakarta, namun porsi sama persis dengan Warteg alias lumayan besar. hahahaha....
Nasi kuning sengaja saya pesan, karena hari itu adalah hari pertama saya meninggalkan "rumah perwakilan", dan pindah menyewa wohnung sendiri walau dengan biaya cukup besar. Pertama kali juga saya mengunjungi KBRI dan ikut Shalat Jum'at di Masjid Al Falah dan berkenalan dengan beberapa orang, dan akhirnya setuju pindah ke wohnung saya dan sharing pembayaran sewa bulanan. Pertama saya juga melakukan pendaftaran kursus bahasa Jerman lanjutan saya untuk mengisi waktu luang sampai semester depan diterima dan masuk kampus yang saya tuju.
Rasa dan penampilan sajian Nasi Kuning plus sate ayam tadi ternyata tidak belangsung lama memanjakan mata, rasa yang sama dengan di tanah air, bahkan rasanya lebih enak ini semua sudah pindah ke dalam perut. Kini tinggal soto ayam panas yang aroma sangat segar dengan perasan jeruk nipis dan sambal pedas. Ah...senangnya saya hari itu. Seketika semua permasalahan seperti hilang terbawa bersama suapan-suapan rasa nikmat masakan tanah air.
Hampir 1 jam saya menikmati suasana ruangan dan makanan di Tuk Tuk, sambil sedikit ketak-ketik runutan cerita perjalanan saya selama sebulan ini di Berlin yang siap saya bagikan ke beberapa mailing list yang saya ikuti, yang saya tembuskan juga ke email EDUKA dan orang tua saya. Cerita pedih, yang harus menjadi pelajaran bagi para calon mahasiswa yang akan berangkat ke Jerman, dan pemnyedia jasa-jasa pendidikan agar komitmen terhadap para clientnya dalam memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan, karena setelah bertemu beberapa orang dan berkonsultasi di KBRI Berlin, dan Masjid al Falah, banyak juga kejadian serupa yang dialami calon mahasiswa di Jerman, baik yang meneruskan S1 maupun S2.
Hilir mudik beberapa orang yang membeli makanan dibungkus pulang, atau terlihat juga beberapa bule-bule Jerman yang terlihat sangat happy mampir hanya untuk makan cemilan berupa lumpia dan teh.
====
Begitulah sedikit kisah awal saya dengan restoran yang kemudian saya kunjungi setiap 1-2 bulan sekali ini, dan kemudian bertemu beberapa kali dengan pemiliknya saat PILPRES 2009, dan beberapa kegiatan lainnya di KBRI Berlin.
Eh iya kelewat, restoran ini HALAL lho...
Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
ReplyDeleteKesempatan Menang Lebih Besar,
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny