Debat Capres-Cawapres versi Cebong yang diamini Kampret


Hari Kamis, 17 Januari 2019 adalah hari yang ditunggu para simpatisan dan pendukung kubu Capres-Cawapres 2019. Bagaimana tidak, berjuta status, komentar, meme, polling yang dibuat sejak (mungkin) hampir 5 tahun kebelakang, akhirnya secara resmi akan diluncurkan langsung lewat Capres dan Cawapres secara terbuka. Jalanan sepi, dan di beberapa tempat termasuk diluar gedung Bidakara tempat Debat berlangsung juga digelar Nonton Bareng layaknya perhelatan World Cup.

Debat-debat di sosial media yang terjadi sejak menuju PilPres secara langsung di 2014, terus berlanjut tanpa henti hingga (mungkin lagi) akhir Pemilu 2019 di tanggal 17 April 2019 nanti (yah...tambah-tambahin 2-3 bulan kemudian deh, kalau ada kubu yang protes soal hasil KPU tentu)

Saya, yang juga sebagai WNI yang memiliki hak Pilih di tahun ini, tidak seperti Pemilu 2014 yang "diam" dalam soal pilihan...di 2019 ini, mulai aktif memperlihatkan arah pilihan saya nanti (tentunya ini masih bisa berubah, ketika dalam perjalanannya akan menemukan fakta yang buruk untuk Indonesia 5 tahun kedepan terhadap pilihan saya).
Di media sosial, sering saya menyisipkan pandangan-pandangan (berdasar fakta tentunya) soal pilihan saya, diluar tulisan tentang keseharian dan keluarga, kritik terhadap pemerintahan pusat dan daerah yang sedang berjalan, atau hal menarik lainnya disekitar saya of course.

====

Saya yang tergabung di hampir 20an grup Pro Prabowo, 10an grup Pro Jokowi, baik di Facebook maupun Whatsapp, sangat bisa menilai apa dan bagaimana latar belakang para pemilih ini, fakta-fakta seputaran timses, kepribadian, serta banyak hal lainnya termasuk hal-hal negatif dari masing-masing kubu.
Alhamdulillah, itu jadi salah satu bekal saya dalam menentukan pilihan, selain mencari sendiri literasi dari berbagai sumber, terkait untuk keputusan saya di hari pencoblosan nanti.

Nah semalam, disaat saya sudah minum obat flu yang terkenal bikin ngantuk itu, saya kuatkan mata untuk menonton Debat Pertama psangan Capres-Cawapres 2019, padahal di tv saya jelas bisa menyimpan tayangan dan menontonnya sampai H+7 karena ada fasilitas TVOD (TV On Demand), namun entah rasa kebangsaan ini mendorong saya untuk kuat-kuatin mata melototin layar TV (cieee...)

19.30 wib tepatnya saya mulai mencari channel TV yang sesuai dengan arahan KPU, yakni TVRI, KOMPAS TV, dan RTV (Rajawali Televisi), kalau RRI rasanya saya gak pilih karena tidak bisa melihat ekspresi sang Capres dan Cawapres, jadi otomatis saya samasekali tidak menyalakan radio mencari channel RRI.
Rada kaget juga, karena tidak hapal nomor channel, ketika sampai di channel TRANS 7, kok nayangin debat? pindah lagi iNews juga sama, dan pas sampai di channel tvOne, kok juga demikian ? Ajaib sekali... Hal yang seharusnya tidak terjadi, mengingat, hal ini kan sudah diatur oleh KPU menetukan seadil-adilnya OFFICIAL BROADCASTER dari segambreng TV Nasional yang bangsa ini miliki. Bagaimana jadinya ketika mereka berharap meraup iklan secara khusus, lalu akhirnya "mati kutu" karena pesaing-pesaing yang tidak kebagian jatah dan lebih besar tadi juga menayangkan hal serupa? Habis !!! Catatan keras ini buat KPU dan Penyelenggara siaran tentunya.

Dah, akhirnya saya memutuskan menonton via Trans 7, karena gambar lebh bagus dan volume suara lebih besar dan stabil.

Sejak awal, agak "membosankan" walau diisi dengan hiburan, namun mulai terbangun suasananya ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan. Babak pertama, karena hanya retorika "bocoran" yang juga sempat dibuat isu besar yang dihembuskan salah satu kubu dan berakhir klarifikasi KPU, isinya normatif saja. Babak kedua demikian, babak ketiga mampu membuat mata saya hampir terpejam. GILA, DEBAT YANG MEMBOSANKAN !!! tidak ada hal baru yang dibuat dari masing-masing paslon (pasangan calon).

====

Jadi, buat saya, debat semalam ya sudah terprediksi jauh2 hari.


Jokowi, seperti halnya tukang furniture yang biasa kita jumpai, dan kesehariannya sejak menjabat walikota solo, gubernur dki dan presiden RI...dia hanya bisa berencana, berkoordinasi dengan tukang-tukangnya dan bekerja untuk menghasilkan sesuatu yang baik saja dan punya manfaat sesuai apa yang dia buat. Tidak mampu beretorika, tidak mampu tampil didepan publik secara baik, kesulitan menyusun kata2 manis. Akhirnya yang didapat dalam debat semalam hanya kalimat terbata-bata, intonasi lambat karena sulitnya mengkoordinasikan apa yang ada di kepala dengan mulut sebagai corong terluar untuk menjabarkan.

Prabowo, dengan background tentara dan hidup mewah sejak kecil...sangat baik dalam penampilan, penguasaan panggung, penguasaan penonton. Namun sangat lemah dalam data karena terbiasa dipasok dan dimanja, baik keseharian sejak kecil, maupun saat berkarir ketentaraan. Akhirnya berkali-kali, bahkan sejak pilpres 2014 selalu saja mengeluarkan statement (yangg tentunya dipasok timses) salah total, absurd yang akhirnya kini disebut hoax. Semangat berapi2 untuk membangun bangsa, justru mentah karena "bisikan" ngawur dr timses yang (lagi-lagi) cuma memanfaatkan semangat dan kebaikan Prabowo. Bak di medan tempur, ditengah desingan peluru musuh dan si tentara kehabisan amunisi, magazin yang diberikan rekan sejawat tidak dicek apakah jenis pelurunya atau jumlahnya, langsung pasang dan tembak.


Ma'ruf Amin, sebagai santri, pemuka agama...layaknya seorang ahli dalam 1 bidang, hal apapun yang terjadi pasti akan berkutat dibidang keahliannya tadi. Seorang kimiawan, pertanian, teknik sipil, jika diberi tantangan membuat karya seni pun pasti akan berakhir dengan memanfaatkan apa yang biasa dia pakai dalam kesehariannya. Sang Kyai pun demikian. Apa yang ia lontarkan akan berawal dan bermuara berlandaskan kefasihan ilmunya tadi. Pilihan sangat baik bagi jokowi dalam rangka fokusnya merubah mental bangsa 5 tahun kedepan. Karena revolusi mental yg dimajukan saat 2014 sudah berubah menjadi pembangunan infrastruktur, demi menghadapi pasar terbuka dan demographic explotion di 2020.

Sandiaga Uno, pengusaha dan hampir mirip nasibnya dengan Prabowo yang terlahir dari keluarga berada...yang unik memang ia suka berolahraga, jadi saat rekan2nya membuncit beliau tetap segar, bugar dan muda. Sangat enak untuk dilihat. Pengusaha, ganteng pula. Sangat PD saat berbicara, gagah sehingga mudah menguasai penonton saat berpidato, dan gaya hidup mewah juga membuat ia sangat "supel" hingga mampu mendekati kaum yg kini disebut "milenial". Untuk pemahaman sistem kenegaraan memang masih sangat perlu belajar banyak. Saat pilkda DKIpun, ia selalu menyamaian dengan sostem kerja di perusahaan, padahal jauh sekali perbedaannya (sering diingatkan oleh lawannya saat itu, Djarot Saiful Hidayat), saat inipun demikian Sandiaga seringkali menyamakan hal2 ruwet seputar kenegaraan menjadi simple layaknya ia sebagai CEO bangsa, sehingga mudah sekali dipatahkan statemennya soal kenegaraan.

Namun hal yang membuat saya tertarik di #DebatCapresCawapres2019Pertama ini adalah, saya kembali disuguhkan #JogetCapres dan #TukangPijiatCawapres dan ini yang sedikit menghibur GARINGnya debat semalam.

Ya sudahlah, kita cuma bisa berharap semoga debat kedua lebih hidup dan dinamis..

Hidup Cebong !!! Hidup Kampret !!! debat kalian lebih dinamis...


No comments

Powered by Blogger.