Deklarasi ALUMNI TRISAKTI, Tak Akan Khianati Reformasi
Hari ini juga memang bukan hari untuk mengenang tumbangnya Orde pemerintahan yang digadang sebagai Orde pembangunan Republik tercinta.
Tapi, entah mengapa, hari ini memori ini kembali diputar untuk mengingat momen-momen perjuangan itu...
Karena kami alumni Trisakti,
Masih ingat betul, dan terngiang kembali suara-suara lantang kawan-kawan kami dalam upaya menumbangkan orde baru saat itu.
Masih terdengar pula rasanya makian-makian, dan rentetan tembakan yang tidak berhenti sejak sore menjelang maghrib hingga memecah eratnya simpul gandengan tangan kami.
Dan masih terasa perihnya gas air mata serta ceceran darah bercampur keringat rekan-rekan kami, baik yang tergeletak, terseret, atau berlarian mencari tempat perlindungan di dalam kampus.
====
Hari ini, di gedung berkapasitas 3500 orang di kawasan Senayan Jakarta, kami berkumpul untuk sekali lagi menegaskan bahwa kami adalah saksi hidup sejarah bagaimana negeri tercinta Indonesia ini melangkah di era Reformasi.
Kami berkumpul untuk menegaskan, bahwa Reformasi selama ini seperti berjalan di tempat, sangat tidak ideal dalam pencapaian yang seharusnya bisa dilakukan.
Kami berkumpul untuk menyatukan suara, memberikan kesempatan 1 periode lagi kepada Bapak Joko Widodo untuk kembali mempinpin Republik ini karena kami sudah lihat, sudah rasakan, sudah paham, bahwa visi dan misi Reformasi yang diharapkan sudah sangat baik berjalan dalam kepemimpinannya hampir 5 tahun kebelakang.
Kami berkumpul untuk mendorong, bahwa perubahan Indonesia kedepan harus bisa dijalankan berkesinambungan demi kehormatan dan pencapaian cita-cita bangsa untuk kemakmuran, keadilan yang sejalan dengan UUD 45 dan Pancasila.
====
Sosok pemimpin kami, adalah sosok yang tegas dan berani walau bukan lahir dari barak militer.
Kami trauma dengan sosok militer, sosok yang keras, sosok yang angkuh, sosok yang merasa berkuasa, sehingga akan timbul jarak, rasa takut, dan rasa tidak nyman antara rakyat dan pemimpinnya.
20 tahun lalu, sosok militer, sosok merasa kuat dan berkuasa itu kami tumbangkan bersama dengan seluruh rekan kami dari seluruh kampus di tanah air. Bersama dengan ibu-ibu dan rakyat yang setia membuat dapur umum untuk kami setiap kali kami melakukan aksi unjuk rasa.
Sosok pemimpin kami, adalah sosok yang tidak populis, sosok yang berani membuat keputusan yang membuat diri pemipimpin kami akan menjadi bahan hinaan lawan politik, menjadikan pemimpin kami terihat rendah dalam menegakkan kepentingan rakyatnya.
Kami trauma dengan sosok yang bertopeng, sosok yang penuh wajah manis, padahal dibelakang itu semua darah rakyat dihisap, rakyat dimanja dengan subsidi, padahal sejumlah uang negara pindah ke rekening-rekening pribadi.
Sosok pemimpin kami, adalah sosok yang rendah hati, lekat dengan rakyat, mau turun dan berdiskusi langsung untuk mendengar permasalahan real yang terjadi.
Kami trauma dengan sosok yang segalanya sudah dipersiapkan, segalanya sudah tinggal ketok palu, dan segalanya sudah tidak bisa diganggu gugat lagi.
20 tahun lalu, sosok semua harus beres itu, kami tumbangkan bersama dengan seluruh rekan kami dari seluruh kampus di tanah air. Bersama dengan ibu-ibu dan rakyat yang setia membuat dapur umum untuk kami setiap kali kami melakukan aksi unjuk rasa.
Sosok pemimpin kami itu, adalah sosok yang punya visi dan misi untuk membangun bangsa, sosk yang punye rencana besar untuk bangsa, bukan hanya untuk membesarkan keluarga atau kelompoknya sendiri.
Kami trauma dengan sosok yang punya REPELITA, padahal isinya adalah sepenuhnya memakmurkan keluarga dan orang-orang disekitarnya saja.
20 tahun lalu, sosok dengan visi misi keluarga dan kerabat itu, kami tumbangkan bersama dengan seluruh rekan kami dari seluruh kampus di tanah air. Bersama dengan ibu-ibu dan rakyat yang setia membuat dapur umum untuk kami setiap kali kami melakukan aksi unjuk rasa.
====
Kini, ketika 15 tahun yang lalu sosok itu mulai muncul ke permukaan dan kemudian terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia. Kami Alumni Trisakti, mendukung penuh dengan suara bulat, bersama dengan barisan kawan-kawan seperjuangan dahulu untuk mendukung kembali beliau untuk jabatan yang sama periode 2019-2024.
Joko Widodo, seorang pengusaha Furniture yang lahir dari kalangan warga negara biasa, punya kemampuan dan kemauan keras untuk mengabdikan dirinya bagi rakyatnya. Perjuangan sebagai Walikota Solo, Gubernur DKI, menjadi dasar penilaian para kaum Intelektual dari berbagai kampus di Indonesia untuk menitipkan kembali bangsa ini untuk dibawa ke arah yang lebih maju di era Milenial kedepan.
Joko Widodo, kami anggap sebagai pembawa arah terang bagi kejelasan tragedi 12 Mei 1998 dan kasus pelanggaran HAM lainnya, dimana di Trisakti sendiri ; 4 orang kawan kami tewas tertebus peluru tajam dari senjata aparat yang diarahkan ke dalam kampus saat unjuk rasa kami menuju gedung MPR/DPR dihentikan di depan Kantor Walikota Jakarta Barat saat itu.
Joko Widodo, kami anggap pejuang HAM untuk menuntaskan kasus gelap kerusuhan Mei 98. Sebuah tragedi yang sebetulnya tidak harus terjadi ditengah keramahan dan religius masyarakat Indonesia.
Joko Widodo, kami anggap sebagai pembela keadilan bagi setiap rakyat di penjuru pulau. Adil dalam membuat rakyat merasakan 1 Indonesia yang sama, baik dalam pemerataan fasilitas pembangunan, harga barang, bahkan merekapun bisa bersua langsung dengan sang Presiden bukan hanya sebatas di layar televisi.
Joko Widodo, kami anggap pengangkat harkat dan martabat bangsa. Perbatasan-perbatasan wilayah yang diperbaiki tidak kalah dengan milik negara tetangga, perundingan-perundingan dan perjanjian yang tegas dengan negara lain, serta keaktifan di ruang-ruang organisasi internasional, membuat Indonesia makin dikenal sebagai negara berdaulat.
Joko Widodo, kami anggap sebagai penerus cita-cita bangsa. Tidak peduli melihat proyek dari pemerintahan manapun, baik sekubu atau lawan politik, semua proyek yang tidak berjalan dan berdampak besar untuk rakyat, langsung diselesaikan. Tidak seperti pemimpin-pemimpin sebelumnya, yang harus memiliki "proyek identitas" namun di tangan jokowi semua proyek pembangunan habis dilibas dikerjakan hingga selesai dan berfungsi guna bagi masyarakat luas.
Joko Widodo, kami anggap penuntas persoalan. Banyaknya PR pemerintahan, didiskusikan dengan matang bersama para pembantu Presiden dengan baik. Permasalahan-permaslaahan tuntas atau berhasil diminimalisir dampak negatifnya di masyarakat.
Joko Widodo, kami anggap sebagai ikon bangsa. Segala sesuatu yang lahir dari rakyat sebagai bentuk produk nasional, dengan bangga ia gunakan dalam kehidupan kesehariannya. Baju, makanan, sampai tukang cukur rambut pun dengan sukarela ia turut andil dengan menggunakan agar dicontoh rakyatnya untuk cinta dan suka dengan produk buatan dalam negerinya sendiri. Tidak melulu harus dengan mereka internasional lain yang didalamnya akan bedampak pada devisa negara.
Joko Widodo, kami anggap contoh keluarga bangsa. Ia hidup dengan penuh kesederhanaan, apa adanya, hidup sebagai keluarga Indonesia seutuhnya. Keluarga yang hidup dari NOL, tidak memanfaatkan posisi dan kekuasaaan, sebuah nilai hidup yang sangat bernilai bagi masyarakat.
====
Kami ingin Indonesia maju.
Kami ingin Indonesia mampu bersaing di dunia Internasional.
Kami ingin kasus hukum dan HAM di negara ini tuntas.
Kami ingin Individu di negara ini bisa merasakan pemerataan dan kemakmuran.
Kami ingin rakyat Indonesia menjadi pemilik bangsanya.
Kami ingin Indonesia ini damai, aman, dan makmur.
Kami ingin uang yang dicuri dari negara ini bisa kembali dan digunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat.
Kami ingin Pemerintah menjadi pelayan penuh bagi rakyatnya, bukan sebaliknya.
Kami ingin TNI dan POLRI jadi pengayom, bukan menghantui rakyat.
Kami ingin manusia Indonesia menjadi manusia yang unggul.
Setujuuuuuu
ReplyDeleteItu sebabnya kami alumni Trisakti tidak mau kembali ke jaman orde baru !!!!
ReplyDelete