[CICIP] Inilah Beda Rujak Bebeg Cirebon dengan Indramayu



Panas hari ini memamng lebih menyengat dibanding biasanya. Suhu di dashboard menunjukkan angka 41 derajat celcius, artinya kalau ada toleransi naik turun 2 derajat, mungkin suhunya 39 atau malah 43 derajat !!

Entahlah, jika saat masih kecil di sekolah dan lingkungan kita jika memasuki bulan berakhiran "BER", artinya sudah mulai masuk musim penghujan, sehari-hari saya dan teman-teman disekolah dibekali payung atau jas hujan lengkap dengan sepatu boot karet, selain bekal makanan ke sekolah. Namun, sekitar 1 dekade ke belakang, "BER" tadi rasanya sudah tidak berpengaruh terhadap musim yang terjadi di negara ini.

====

Setelah habis 1 gelas besar Es Susu Kacang yang cukup dingin dan segar, tenggorokan ini rupanya masih menjerit minta sesuatu yang tidak dingin namun juga bisa menyegarkan badan dan terutama mata yang terasa berat sekali minta dipejamkan sambil rebahan, sayangnya waktu sholat Dhuhur masih 1,5 jam lagi sehingga target karpet masjid terdekat masih jauh dari bayangan.


Tidak sengaja, ketika menoleh ke kanan terlihat tukang rujak bebeg sedang membeli Es Susu Kacang yang tadi saya beli juga...berharap stok masih ada, saya hampiri tanggungan (pikulan/panggulan) rujak tadi...segar rasanya makan rujak asam manis dengan pedas extra.

====

Rujak yang satu ini tampilannya beda dengan rujak lainnya. Namanya yang unik Rujak Bebeg, sering juga ditulis dan dikenal dengan Rujak Tumbuk atau Rujak Bebek ini diproses dengan cara dibebeg (ditumbuk) bersama bumbunya. Jadi penampilannya agak sedikit mirip bubur namun lebih kasar, karena memang dihancurkan namun tidak sampai halus.

Tapi rasanya... jangan ditanya, bikin rindu gaes !!! Pedas, segar, dan sepatnya itu bikin nagih.

Biasanya, rujak yang dikenal sebagai rujak khas Cirebon Jawa Barat ini dijajakan dengan dipanggul sama si emang-nya, namun kini ada juga beberapa yang menjajakan dengan cara didorong dengan gerobak kecil, atau bahkan jadi satu dengan jajanan khas Cirebon lainnya, yakni Tahu Gejrot.

====

Rujak Bebeg ini, tidak menggunakan buah-buahan matang atau berair banyak layaknya tukang rujak potong. Rujak Bebeg menggunakan buah-buahan yang sifatnya keras/ bahkan belum matang, agar ketika ditumbuk tidak hancur/ becek. Itulah mengapa rujak khas ini berasa asam, manis, sekaligus sepet.


Bahan/ buah yang biasa digunakan biasanya antara lain adalah jambu biji muda, pisang batu muda, ubi jalar merah, bengkuang, mangga muda kedondong, dan nanas. Sedangkan bumbunya, sangat simple, jauh berbeda dengan rujak potong yang biasanya disiapkan terlebih dahulu. Bumbu Rujak Bebeg langsung dimasukkan bersamaan dengan buahnya dan ditumbuk dalam alu (ruang tumbuk)nya, yaitu sedikit terasi, garam secukupnya, gula merah yang diiris halus, asam jawa, dan cabe rawit tentunya jika ingin juga ada rasa pedas di lidah.

====

Sambil menikmati sajian rujak yang sudah jadi, Saya berkesempatan ngobrol dengan sang penjual yang baru mulai menimum Es Susu Kacangnya, karena tadi tertunda gara-gara memilih untuk membuatkan pesanan rujak saya terlebih dahulu.

Menurutnya, ada 2 perbedaan antara rujak Bebeg yang berasal dari Cirebon dengan dari Indramayu, atau bahkan menurutnya ada pula rujak bebeg yang sudah dimodifikasi yang berasal dari Bogor, bahkan Betawi.


Yang asli, tentunya dari Cirebon atau Indramayu, yang perbedaannya ada pada Display dagangan serta Alu/ alat tumbuk yang digunakan. Jika dari Cirebon, pada display/ tempat buahnya, tidak ada hiasan apapun, hanya berfungsi sebagai tempat menaruh buah sebelum diolah. Sedangkan jika Rujak Bebeg indramayu pada displaynya, diberi hiasan berbentuk bunga dari irisan tipis buah-buahan yang digunakan pada hari itu, jadi pasti hiasan bunga dari buah-buahan itu setiap hari akan berubah, seiring "mood" penjual akan membuat hiasan seperti apa, atau tergantung ketersediaan buah yang digunakan pada hari itu tadi.


Sedangkan untuk alu yang digunakan, terdapat perbedaan mencolok pada alat tumbuknya. jika cirebonan, alat tumbuknya akan menggunakan tutup, sedangkan indramyuan tidak bertutup, jadi biasanya pedagang indramayu akan meminta pembeli agar menjauhi alat tumbuk ketika ia sedang beraksi agar tidak terkena cipratan buah saat menumbuk, selain akan membuat noda pada pakaian, juga mungkin akan terciprat cabai ke mata. Sedangkan pedagangnya sendiri, merasa sudah terbiasa dan tidak terpengaruh apa-apa jika mata terkena cipratan rujak racikannya.


Keunikan lainnya Rujak Bebeg adalah pada wadah untuk menyajikan rujak setelah selesai diolah. Sebagian penjualnnya masih menggunakan pincuk daun pisang berukuran mungil. Sendoknya juga terbuat dari lipatan daun pisang. Aroma setiap sendokannya pun benar-benar nikmat karena harum alami daun pisang. Namun memang sudah banyak pedagang yang menyajikannya dalam bungkus plastik, baik gelas/mangkok kecil plastik agar mudah saat memakan atau dibawa pulang.

====

Bagaimana, sudah pernah mencoba jajanan menggiurkan satu ini kan? Semoga kedepan masih banyak yang menjajakan disekitar rumah atau tempat tertentu yang mudah diraih, selain enak juga bisa melestarikan kuliner legendaris.

Belum lagi harga seporsinya yang cuma 5000 rupiah saja...langsung pengen ke pinggir jalan nunggu emang-emangnya lewat kan ya?






sudah tayang di KOMPASIANA (klik disini)

No comments

Powered by Blogger.